Pencegahan Obesitas Pada Anak, Mendeteksi gizi lebih dan obesitas pada anak dan remaja bisa
dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan antropometris,
dan deteksi dini komorbiditas yang dibuktikan dengan pemeriksaan penunjang
terkait (nah lo bahasanya ilmiah banget
yak!). Anamnesis
adalah pemeriksaan terkait obesitas untuk mencari tanda atau gejala yang dapat
membantu menentukan apakah seorang anak mengalami atau berisiko obesitas. Kedua, bisa melakukan pemeriksaan
fisis dan evaluasi antropometris. Ketiga melakukan, pemeriksaan penunjang yang
meliputi analisis diit, pemeriksaan laboratorium, pencitraan, ekokardiografi,
dan respirometri atas indikasi, dan terakhir adalah penilaian komorbiditas.
Sebenernya,
kalo ngomongin tentang pencegahan dan penanggulangan obesitas pada anak itu gak
bisa gak, kudu melibatkan masyarakat luas atau istilahnya melibatkan stakeholder yang ada di wilayah. Stakeholders
mempunyai peran sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan, melalui koordinasi
dengan kepala Puskesmas. Kegiatan Pencegahan dan Penanggulangan kegemukan dan
obesitas pada anak terutama anak sekolah meliputi promosi, penemuan dan
tatalaksana kasus yang dalam pelaksanaannya melibatkan anak, orangtua, guru,
komite sekolah dan stakeholder.
Dalam pedoman Pencegahan
dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah yang
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan, yaitu :
1. PERSIAPAN
a. Pertemuan Koordinasi lintas sektor terkait
b. Penyiapan tim tenaga pelaksana
c. Pertemuan pembahasan perencanaan kegiatan
· Penentuan jumlah sasaran
· Perhitungan kebutuhan logistik : Timbangan, Microtoise, Formulir, Tabel
IMT, food model, materi KIE, pencatatan dan pelaporan,dll
· Penyusunan jadwal kegiatan
· Penyusunan Mekanisme kerja dan pembagian tugas serta tanggungjawab
masing-masing sektor terkait
2.
PELAKSANAAN
a. Pencegahan
Pencegahan dilakukan melalui
pendekatan kepada anak sekolah beserta orang-orang terdekatnya (orang tua,
guru, teman, dll) untuk mempromosikan gaya hidup sehat meliputi pola dan
perilaku makan serta aktivitas fisik. Strategi pendekatan dilakukan pada semua anak
sekolah baik yang berisiko menjadi kegemukan dan obesitas maupun tidak. Usaha
pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan. Lingkungan sekolah merupakan tempat yang baik untuk
pendidikan kesehatan yang dapat memberikan pengetahuan, keterampilan serta
dukungan sosial dari warga sekolah. Pengetahuan, keterampilan serta dukungan
sosial ini memberikan perubahan perilaku makan sehat yang dapat diterapkan dalam
jangka waktu lama. Tujuan pencegahan ini adalah terjadinya perubahan pola dan
perilaku makan meliputi meningkatkan kebiasaan konsumsi buah dan sayur,
mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis, mengurangi konsumsi makanan
tinggi energi dan lemak, mengurangi konsumsi junk food, serta
peningkatan aktivitas fisik dan mengurangi sedentary life style.
POLA HIDUP SEHAT CEGAH KEGEMUKAN
Ø Konsumsi
buah dan sayur ≥ 5 porsi per hari
Ø Membatasi
menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2 jam/hari
Ø Tidak
menyediakan TV di kamar anak
Ø Mengurangi
makanan dan minuman manis
Ø Mengurangi
makanan berlemak dan gorengan
Ø Kurangi
makan diluar
Ø Biasakan
makan pagi dan membawa makanan bekal ke sekolah
Ø Biasakan
makan bersama keluarga minimal 1 x sehari
Ø Makanlah
makanan sesuai dengan waktunya
Ø Tingkatkan
aktivitas fisik minimal 1 jam/hari
Ø Melibatkan
keluarga untuk perbaikan gaya hidup untuk pencegahan gizi lebih
b. Penemuan dan Tata Laksana Kasus
Disamping kegiatan promosi
peningkatan kesadaran gizi dan pencegahan kegemukan dan obesitas pada anak
sekolah, juga dapat dilakukan kegiatan penemuan kasus kegemukan dan obesitas.
Namun untuk menghindari stigmatisasi anak di sekolah, penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan selanjutnya dilaksanakan di Puskesmas/Fasilitas Pelayanan
Kesehatan lainnya.
1) Penemuan Kasus : dilaksanakan
setiap tahun melalui kegiatan penjaringan kesehatan di sekolah. Langkah-langkah
kegiatan :
a)
Pengukuran
Antropometri
· Penimbangan Berat Badan
· Pengukuran Tinggi Badan
Setelah dilakukan pengukuran
antropometri oleh petugas gizi atau tenaga kesehatan lainnya bersama guru UKS.
Selanjutnya data yang diperoleh dilaporkan ke Puskesmas, untuk ditentukan
status gizinya dan tindak lanjut.
b)
Penentuan
Status Gizi (di Puskesmas)
· Menghitung nilai IMT
· Membandingkan nilai IMT dengan Grafik IMT/U berdasarkan Standar
WHO 2005
· Menentukan status gizi anak :
Kurus : < - 2 SD
Normal : - 2 SD s/d 1 SD
Gemuk : >1 s/d 2 SD
Obesitas : > 2 SD
c)
Tindak lanjut
:
Kesimpulan hasil penjaringan kesehatan di sekolah termasuk hasil
pemeriksaan status gizi disampaikan kepada orang tua dalam amplop tertutup
melalui sekolah dengan ketentuan sebagai berikut :
· Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi kurus, maka anak
dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
· Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi normal, maka
dianjurkan untuk melanjutkan pola hidup sehat
· Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi gemuk atau
obesitas, maka anak dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut
Pihak sekolah/UKS bertugas
memberikan dukungan dan motivasi agar anak melaksanakan pola hidup sehat sesuai
anjuran dari puskesmas, serta berusaha menyediakan lingkungan yang kondusif
untuk anak.
2) Tata Laksana Kasus Kegemukan dan obesitas di Puskesmas
Tatalaksana kasus kegemukan dan obesitas ditujukan bagi anak
sekolah yang tergolong gemuk atau obesitas. Langkah-langkah kegiatan tata
laksana :
a)
Melakukan
assesment (anamnesa riwayat penyakit dan penyakit keluarga, pengukuran
antropomentri dan status gizi, pemeriksaan fisik, laboratorium sederhana,
anamnesa riwayat diet). Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami
kegemukan dan obesitas dengan komorbiditas (hipertensi, diabetes melitus,
sleep apnea, Blount disease dan lain-lain), maka dirujuk ke rumah sakit
untuk penanganan lebih lanjut.Bila hasil assesment menunjukkan anak mengalami
kegemukan dan obesitas tanpa komorbiditas maka dapat dilakukan tatalaksana
kegemukan dan obesitas di Puskesmas.
b)
Melakukan
konseling gizi kepada anak dan keluarga agar melaksanakan pola hidup sehat
selama 3 bulan.
c)
Lakukan
evaluasi pada 3 bulan pertama. Bila berat badan anak turun atau tetap maka
dianjurkan untuk meneruskan pola hidup sehat dan dilakukan evaluasi kembali
setiap 3 bulan. Bila berat badan anak naik, maka dilakukan kegiatan
pengaturan berat badan yang terstruktur di puskesmas berupa Menyusun menu diet
khusus bersama- sama keluarga dibawah bimbingan ahli gizi disesuaikan dengan
tingkatan obesitasanak. Prinsip diet adalah rendah energi dan protein sedang
dengan mengutamakan protein bernilai biologis tinggi untuk menghindari
kehilangan masa otot.
d)
Melakukan
latihan fisik terprogram sesuai anjuran dokter dengan bimbingan
guru /instruktur olahraga, orang tua / keluarga
e)
Membuat
catatan kegiatan harian yang berisi : asupan makan di rumah atau di
luar rumah, aktivitas fisik,
aktivitas nonton TV dan sejenisnya, bermain dan lain-lain
(contoh terlampir)
f)
Lakukan
evaluasi setelah 3 bulan. Bila berat badan anak turun atau tetap maka
dianjurkan untuk melanjutkan kegiatan pengaturan berat badan yang terstruktur.
Bila berat badan anak naik atau ditemukan komorbiditas, maka
harus dirujuk ke rumah sakit.