GEJALA
KLINIS
Efek utama dari
racun sianida adalah timbulnya hipoksia jaringan yang timbul secara progresif.
Gejala dan tanda fisik yang ditemukan sangat tergantung dari :
-
Dosis sianida
-
Banyaknya paparan
-
Jenis paparan
-
Tipe komponen dari
sianida
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada
tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem
otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa
pedih dimata karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa
saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam
konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan
hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit
kemudian akan mengalami apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan
mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir
dengan kematian. Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul
sekitar 15-30 menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian
antidotum. Tanda awal dari keracunan sianida adalah :
-
Hiperpnea sementara
-
Nyeri kepala
-
Dispnea
-
Kecemasan
-
Perubahan perilaku seperti agitasi
dan gelisah
-
Berkeringat banyak, warna kulit
kemerahan, tubuh terasa lemah dan vertigo juga dapat muncul.
Tanda
akhir sebagai ciri adanya penekanan terhadap CNS adalah koma dan dilatasi
pupil, tremor, aritmia, kejang-kejang, koma penekanan pada pusat pernafasan,
gagal nafas sampai henti jantung, tetapi gejala ini tidak spesifik bagi mereka
yang keracunan sianida sehingga menyulitkan penyelidikan apabila penderita
tidak mempunyai riwayat terpapar sianida. Karena efek racun dari sianida adalah
memblok pengambilan dan penggunaan dari oksigen, maka akan didapatkan rendahnya
kadar oksigen dalam jaringan. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat warna
merah terang pada arteri dan vena retina karena rendahnya penghantaran oksigen
untuk jaringan. Peningkatan kadar oksigen pada pembuluh darah vena akan
mengakibatkan timbulnya warna kulit seperti “cherry-red”, tetapi tanda ini
tidak selalu ada.
PENGKLASIFIKASIAN
Pengklasifikasian
ini berdasarkan kemungkinan seseorang tersebut dapat terpapar :
-
Diduga : bila seseorang
tersebut sangat berpotensi mengalami kontak dengan bahan-bahan kimia tertentu,
tetapi tidak terdapat sumber atau paparan kimia yang nyata.
-
Mungkin : secara klinis
sangat tinggi kemungkinannya untuk terkena zat kimia (berdasar pada riwayat
lama dan lokasi aktifitas orang tersebut)
-
Dipastikan : Bila ada
riwayat terpapar dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan laboratorium menunjukkan
hasil yang positif atau melebihi nilai normal.
TERAPI
Prinsip pertama dari
terapi ini adalah mengeliminasi sumber-sumber yang terus-menerus mengeluarkan
racun sianida. Pertolongan terhadap korban keracunan sianida sangat tergantung
dari tingkat dan jumlah paparan dengan lamanya waktu paparan.1,8 · Segera menjauh
dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada di dalam ruangan maka
segera keluar dari ruangan. Jika tempat yang menjadi sumber, maka sebaiknya
tetap berada di dalam ruangan. Tutup pintu dan jendela, matikan pendingin
ruangan, kipas maupun pemanas ruangan sampai bantuan datang. · Cepat buka dan
jauhkan semua pakaian yang mungkin telah terkontaminasi oleh sianida. Letakkan
pakaian itu di dalam kantong plastik, ikat dengan kuat dan rapat. Jauhkan ke
tempat aman yang jauh dari manusia, terutama anak-anak. · Segera cuci sisa
sianida yang masih melekat pada kulit dengan sabun dan air yang banyak. Jangan
gunakan pemutih untuk menghilangkan sianida.
Tindakan pertama adalah
segera cari udara segar. Jika berada di dekat balai pengobatan tertentu maka
dapat diberikan oksigen murni. Berikan antidotum seperti sodium nitrite dan
sodium thiosulfat untuk mencegah keracunan yang lebih serius. Bila korban dalam
keadaan tidak sadar maka harus segera ditatalaksana di rumah sakit karena bila
terlambat dapat berakibat kematian. Penggunaan oksigen hiperbarik untuk mereka
yang keracunan sianida masih sering dipakai. Penambahan tingkat ventilasi
oksigen ini akan meningkatkan efek dari antidotum. Asidosis laktat yang berasal
dari metabolisme anaerobik dapat diterapi dengan memberikan sodium bikarbonat
secara intravena dan bila pendertia gelisah dapat diberikan obat-obat
antikonvulsan seperti diazepam. Perbaikan perfusi jaringan dan oksigenisasi
adalah tujuan utama dari terapi ini. Selain itu juga, perfusi jaringan dan tingkat
oksigenisasi sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pemberian antidotum. Obat
vasopressor seperti epinefrin bila timbul hipotensi yang tidak memberi respon
setelah diberikan terapi cairan. Berikan obat anti aritmia bila terjadi
gangguan pada detak jantung. Setelah itu berikan sodium bikarbonat untuk
mengoreksi asidosis yang timbul.
Cara kerja obat-obatan untuk
keracunan sianida adalah dengan menghambat pembentukan ikatan sianida pada
sitokrom oksidase dengan bantuan methemoglobin. Methemoglobin akan mengikat
sianida dan membuangnya dari dalam sel maupun cairan ekstra seluler. Salah satu
keterbatasan mengenai antidotum ini adalah hanya berdasar dari eksperimen
menggunakan hewan. Karena itu cukup sulit untuk menilai keberhasilannya pada
manusia. Selain itu juga, penelitian ini tidak dibuat bila sedang berada dalam situasi
yang besifat emergensi. Kesulitan dalam melakukan penelitian mengenai
penggunaan antidotum ini disebabkan karena:
-
Kecilnya jumlah korban
keracunan
-
Fakta bahwa kebanyakan
koban keracunan harus mendapatkan terapi segera
-
Sulitnya untuk
mendapatkan hasil analisis darah dan konsentrasi sianida dalam jaringan
-
Terbatasnya penelitian
yang membandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh hewan.
Penulis: Firmania
Dari Berbagai Sumber