Pengertian Psikopat menurut jurnal jurnal
penelitian tentang KEPRIBADIAN
ANTISOSIAL: FOKUS PADA WHITE-COLLAR CRIME oleh Ivana Sajogo dan Didi Aryono Budiyono
membahas tentang Kepribadian anti-sosial. Dalam jurnal
tersebut disebutkan, menurut Hare (2006), gangguan
kepribadian antisosial, awalnya menunjukkan kelompok perilaku kriminal yang
terjadi. Psikopat ditentukan oleh karakter pribadi dan perilaku sosial yang
menyimpang. Kebanyakan kriminal bukanlah psikopat, namun banyak individu yang
bekerja di “bawah bayangan hukum” tetap bebas sebagai psikopat.
Secara harafiah psikopati
berarti sakit jiwa-berasal dari kata psyche, jiwa dan pathos,
penyakit. Masyarakat awam menyebutnya “gila”
Pada tahun 1952 dalam psikiatri terjadi revisi nomenklatur kepribadian
psikopatik menjadi kepribadian sosiopatik. Tahun 1968, terminologi kepribadian
sosiopatik berubah menjadi bentuk gangguan kepribadian antisosial, yang dipakai
sampai sekarang ini. Sosiopat hanya
peduli terhadap keinginan dan kebutuhan mereka, sangat selfishness dan
egosentris. Terbanyak pada pria, meningkat juga pada wanita. Mereka memiliki
temperamen normal, beberapa bersikap agresif, tidak punya rasa takut, yang lain
dikenal sebagai manipulator. (James, 2010).
CIRI-CIRI
Ciri-ciri
psikopat menurut Psychopathic Checklist-Revised sebagai berikut:
1) fasih
berbicara dengan daya tarik yang superfisial
2) Merasa diri
berharga
3) Berbohong
4) Menipu dan
manipulatif
5) Emosi
dangkal atau kurangnya rasa bersalah
6) Kurangnya
empati dan sifat tidak berperasaan
7) Gaya hidup
parasit
8) Rendahnya
kontrol perilaku
9) Perilaku
seksual yang sembarangan
10) Tidak
realistik
11) Impulsif
12) Tidak
bertanggung jawab
13) Gagal mengerjakan
tanggung jawab pribadi
14) Relasi
pernikahan yang pendek
15) Kenakalan
masa remaja, pandai dalam tindak kriminal.
Banyak pembaca terkejut mengetahui beberapa sifat terbaik mereka
menunjukkan ciri-ciri kepribadian antisosial, dalam bentuk pasif, contoh
Christopher Columbus. Petualangan membuat mereka dikagumi dan disebut jantan.
Mereka adalah orang yang menyukai tantangan, menganggap orang-orang dapat
menjaga diri mereka sendiri, persuasif secara interpersonal dan enggan untuk
menetap. Di masa kanak dan remaja mereka nakal, pemberani dan kuat saat dewasa.
Dissenting Personality (kepribadian yang kerap
berselisih) mewakili varian antisosial lingkup normal, sedikit lebih patologis.
Melakukan segala hal dengan cara mereka sendiri, mau menanggung konsekuensinya,
kadang bermain-main dengan batas hukum untuk mengejar tujuan/keinginannya.
Mereka melihat diri sendiri sebagai orang merdeka, berotonomi. Otoritas
dipandang rendah. Tidak suka rutinitas sehari-hari, impulsif, tidak bertanggung
jawab, dapat memotivasi diri sendiri dan sangat kaya ide/kreatif.
Dalam jurnal tersebut juga dibahas
bahwa antisosial merupakan gangguan moral brain dan yang mengalami disfungsi
adalah amigdala, yaitu bagian sistem limbik yang berperan dalam emotional
learning, aversive
conditioning, respon
terhadap rasa takut dan emosi lain. Amigdala mengolah emosi signifikan dari
rangsangan eksternal, berinteraksi dengan hipokampus (tempat menyimpan memori
emosi) dan berinteraksi dengan fungsi kognitif korteks orbitofrontal dalam
merespon suatu rangsangan. Amigdala memungkinkan individu untuk belajar sesuatu
(object) atau perilaku yang baik dan buruk, sehingga sangat berperan
dalam pengambilan keputusan secara moral. Hal ini karena amigdala mempunyai
hubungan timbal balik (reciprocal) dengan korteks temporal. Oleh sebab
itu individu antisosial dengan gangguan pada amigdala akan sulit untuk
bersosialisasi.
Nah, selain
amigdala, ventromedial prefrontal cortex (vmPFC) juga berperan
dalam perkembangan dan pengambilan keputusan secara moral serta mempertahankan
perilaku sosial yang dapat diterima. Informasi yang dihasilkan amigdala tidak
hanya dikirim ke temporal dan korteks visual namun dikirim juga ke vmPFC dan
korteks orbitofrontal. Korteks orbitofrontal berperan dalam mengontrol emosi
dan menilai positive/negative reinforcement. Hipoaktifitas dari amigdala
dan korteks orbitofrontal, seperti juga disfungsi vmPFC menunjukkan
kepribadian yang keras kepala dan tidak berperasaan (Nah loh, serem yaa guys !)
Peranan
serotonin, kortisol dan testosteron dalam perilaku agresi dan antisosial telah
dibuktikan. Fungsi kortisol secara fisiologis mempersiapkan individu untuk kondisi
yang sulit, membuat individu sensitif terhadap rasa takut dan melakukan
penarikan diri yang tepat.
Salah satu
faktor risiko terburuk bagi perilaku antisosial adalah callous-unemotional (CU)
traits, digambarkan sebagai kurangnya empati, kurangnya perasaan
bersalah, miskinnya ekspresi emosi, relatif stabil dalam masa kanak-kanak
sampai remaja. Kepribadian ini menunjukkan sub-kelompok yang penting dari
antisosial dan kenakalan remaja.