Cara Mencuci Beras, Semua
orang Indonesia pasi tahu dengan beras
apalagi beras meruapakan makan pokok sebagian besar orang indonesia. Beras
adalah bagian bulir padi yang telah dipisahkan dari sekam secara anatomi disebut “palea” (bagian yang ditutup) dan
“lemma” (bagian yang menutupi). Pada salah satu pemprosesan hasil panen, gabah
ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya terlepas dari
isinya. Bagian isi inilah yang berwana putih, kemerahan, ungu atau bahkan hitam
yang disebut beras.
Beras
sendiri secara biologi adalah biji padi yang terdiri dari aleuron, lapis
terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada dan embrio yang
merupakan calon tanaman baru. Bagian terbesar beras didominasi oleh pati
sekitar 80-85 %. Beras juga mengandung protein, vitamin, mineral dan air. Pati
beras tersusun dari dua polimer karbohidrat, amilosa, pati dengan struktur
tidak bercabang amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cendrung
bersifat lengket.
Beras
juga mengandung bekatul meskipun jumlahnya sedikit. Adanya bekatul inilah yang
menyebabkan air cucian beras menjadi keruh atau kotor. Bekatul berasal dari
poses penyosohan beras atau gesekan antar butir beras. Keberadaan bekatul pada
beras sebenarnnya tidak dikehendaki karena dianggap sebagai kotoran. Namun
dalam jumlah sedikit, keberadaan bekatul pada beras dipandang wajar dan dapat
diterima.
Bekatul
berasal dari luar endosperm beras. Lapisan luar ini disebut sebagai aleuron.
Alueron mengandung vitamin , protein, lemak dan serat. Dari aspek gizi, bekatul
memang baik bagi tubuh. Oleh karena itu, sebenarnya dapat langsung dimasak tanpa harus mencucinya
terlebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan jika keadaan beras sudah bersih.
Tetapi
nasi yang dihasilkan dari beras yang dimasak tanpa dicuci kemungkinan memiliki
aroma dan ras yang kurang disukai karena masih mengandung bekatul. Selain itu
mungkin juga lebih cepat basi. Masyarakat tidak terbiasa dengan hal ini, hingga
kemudian terbiasa mencuci beras sampai air cuciannya bening, baru dimasak.
Proses pencucian ini menghilangkan bekatul. Hal ini berarti mengurangi zat gizi
beras, seperti yang disebutkan tadi yaitu vitamin B, protein, lemak dan serat.
Selama
ini, kebanyakan orang mencuci beras berkali-kali hingga air cucian bening. Cara
mencuci demikian dilatari mitos turun temurun yaitu jika nasi dicuci dengan
bersih menyebabkan nasi tak gampang basi. Cara mencuci demikian, berdasarkan
peneliatian yang dilakukan sejumlah dosen pada program boga, Univesitas Negeri
Jakarta (UNJ) tidak tepat, Menurut Dra Rusilanti MSi, yang memimpin penelitian
bertajuk, pengaruh pencucian beras terhadap kandungan vitamin B1 justru
mengurangi kandungan vitamin B1 yang berguna bagi tubuh. Lalu bagaimana cara
mencuci beras yang benar?
Berdasarkan
riset sejumlah dosen pada program boga, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang
beranggotakan Dra Yati Setiati, Ir Ari Istiani Msi Dan Dra Rusilanti Msi, tersingkap
cara terbaik mencuci beras cukup dengan dua kali pencucian. “Paling maksimal
cukup dua kali dibilas dengan air,” jelas Lanti.
Dengan
metode eksperimen, riset itu membuktikan pengaruh frekuensi pencucian beras
terhadap kandungan vitamin B1 yang ada pada beras (sebelum dicuci mengandung
0,2850 miligram). Pengaruh pencucian dengan sekali cuci menyebabkan kandungan
vitamin B1 berkurang menjadi 0,2475 mg. Dua kali pencucian, kandungan vitamin
B1 menjadi 0,1765 mg. Pencucian tiga kali
vitamin B1-nya tersisa 0,1560 mg.
Vitamin
B1 yang dikandung saat dicuci sekali dengan penggosokan mengakibatkan kian
berkurang menjadi 0,2090 mg, dua kali dengan penggosokan menjadi 0,1650 dan
tiga kali dengan penggosokan menjadi 0,1435 mg. Jadi tak perlu digosok saat
mencuci beras agar kandungan vitamin B1 tak berkurang meski memang penurunannya
tak terlampau signifikan, ujar Rusilanti.
Dengan
pencucian terlampau bersih, menurut Rusilanti, berpeluang kekurangan vitamin B1
bagi yang memakan nasi tersebut. Padahal, seorang pria dewasa membutuhkan 1,22
mg B1 perhari sedangkan wanita membutuhkan 1,03 mg perhari. Akibatnya,
kekurangan vitamin B1 ini dapat membuat diantaranya gangguan metabolisme
karbihidrat, bahkan mengakibatkan penyakit beri-beri. Bila pencuciannya tepat,
orang tak perlu mendapatkan vitamin B1 dari suplemen lain, jelasnya sembari
mengungkapkan tak ada kaitan frekuensi
pencucian dengan basi atau tidaknya beras tersebut.
Menurut
Ir Jonni Syah R Purba Milles, ahli gizi yang dihubungi For Her mengatakan,
kebanyakan dari kita mencuci beras dengan disiram air beberapa kali dan ini
merupakan kesalahan besar. “ untuk mencuci beras hingga beras hingga bersih,
sebenarnya cukup sekali siram. Ketika memang banyak kotoran dan sampak yang
menempel, seharusnya anda memilih pada siraman air tersebut,” jelas pemerhati
dan ahli pangan di poltekkes kemenkes pontianak.
Selain
itu juga jangan terlalu lama mencuci karena sebenarnya saat nasi dimasak dengan
suhu tinggi, disitulah kuman-kuman sudah mati. Menurut Jonni, beras mengandung
vitamin B dan vitamin tersebut sangat larut air. Maka dari itu, ketika
keseringan dicuci, justru akan membuat kandungan vitamin B pada beras akan
menurun. Asam amino pada beras sangat rendah, karena itulah Jonni menyarankan
ada baiknya makan beras dibarengi dengan kacang-kacangan. “Asam amino pada
kacang memang sangat tinggi, maka dari itu konsumsi beras (nasi) juga sebisanya
dibarengi dengan kacang-kacangan,” ungkapnya. Kemudian selain beras putih ada
juga beberapa jenis beras lainnya yang tak kalah kandungan gizinya seperti yang
diungkpakan Jonni Syah.
Jadi
yang paling utama adalah sebaiknya kita tetap mencuci beras, cukup dengan dua
atau tiga kali, tidak sampai air cuciannya menjadi bening. Beras harus dicuci
dengan air bersih, cucilah beras dengan lembut perlahan lalu lepas buang
airnya, ulangi lagi proses tersebut selama 2 kali lalu tiriskan. Itulah cara
mencuci beras yang benar sebelum dimasak sehingga tidak mengurangi kandungan
vitamin yang ada pada beras. Semoga dapat diterapkan dan bermanfaat bagi kita
semua.